Soal urusan makan, Soeharto tak berselera makan makanan mewah. Dia terbiasa makan makanan ndeso. Sederhana namun nikmat.
"Hidangan yang paling saya sukai adalah tetap lodeh buatan istri saya sendiri, atau ikan bakar atau goreng belut yang membawa kenangan di masa kanak-kanak," kata Soeharto Seperti ditulis dalam autobiografi Soeharto: "Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya" yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.
Kebiasaan makan Pak Harto ini mengejutkan sebagian besar menteri atau pejabat negara. Mereka tak mengira makanan seorang Presiden begitu sederhana. Saat makan, Soeharto sering mengajak para pengawal dan ajudannya untuk bergabung.
Seperti apa cerita Soeharto dan makanan sederhana favoritnya?
1. Tempe Bacem Bikin Kaget Perwira TNI AU
Sardjono adalah perwira TNI AU yang ditugaskan di Bina Graha yang menjadi kantor Presiden Soeharto. Sardjono terkejut dengan kehidupan Soeharto yang sederhana.
"Makanan orang nomor satu di Indonesia itu juga tidak mewah, biasanya hanya tempe bacem, sayur lodeh atau makanan lain yang murah," tulis Sardjono dalam "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama halaman 80.
Sardjono mendampingi Soeharto selama sembilan tahun. Dia sangat terkesan melihat sikap Pak Harto yang sederhana dan bersahaja.
2. Lahap Makan Ikan Bilih
Soeharto gemar melahap ikan bilih, sejenis ikan berukuran kecil-kecil yang hidup di air tawar. Apalagi jika disuguhkan bersama sayur lodeh dan nasi hangat.
Ceritanya Soeharto mengundang Gubernur Sumatera Barat, Azwar Anas, untuk sarapan pagi. Azwar datang telat. Dia lega Soeharto tidak marah.
Ketika itu Azwar melihat Soeharto sarapan dengan sayur lodeh dan ikan bilih. Sementara untuk tamunya, makanan yang dihidangkan lebih mewah.
"Dari beberapa kali kunjungan, saya jadi tahu bahwa Pak Harto menyukai ikan bilih dari Danau Singkarak. Pak Harto sangat menikmatinya. Oleh karena itulah istri saya selalu memasakkan ikan bilih jika Pak Harto sedang berdinas ke Sumatera Barat dan sesekali mengirim ikan bilih ke kediaman Pak Harto," kata Azwar Anas dalam "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama halaman 152.
3. Makan Tiwul Untuk Cegah Kolesterol
Salah satu makanan rakyat yang disukai Soeharto adalah tiwul. Makanan itu terbuat dari singkong yang diparut, lalu direbus bersama gula aren. Tiwul biasa dimakan rakyat Yogyakarta jika kesulitan beras.
Menurut Soeharto, Tiwul rendah kolesterol. Soeharto pun pernah menasihati ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Harmoko (kelak menjadi menteri penerangan dan ketua DPR/MPR).
"Jangan terlalu banyak makan daging. Kalau mau rendah kolesterol, makan tiwul, dan jangan sayur tempe," kata Pak Harto dalam "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama halaman 168.
Harmoko malah menyahut. "Tapi di Jakarta susah mendapatkan tiwul, Pak." Soeharto tersenyum saja.
4. Suguhi Pop Mie Untuk Menteri Keuangan
Walau seorang presiden, Soeharto ternyata doyan juga makan pop mie. Dia menikmati mie instan itu sebagai makanan selingan atau cemilan. Soeharto pun menyuguhkan Pop Mie untuk tamunya. Termasuk JB Sumarlin yang pernah menjabat sebagai Menkeu.
JB Sumarlin menceritakan suatu sore tahun 1984, dia menghadap Soeharto di Jl Cendana. Saat itu Pak Harto meminta disiapkan makanan ringan. Ketika datang ternyata dua gelas Pop Mie. Sumarlin terkejut. Sebelumnya dia belum pernah makan Pop Mie.
"Setelah menunggu sekitar tiga menit, baru mie instan itu diaduk. Kami pun menyeruput kuahnya dan makan bersama. Itulah pertama kali saya makan Pop Mie," kenang Sumarlin dalam "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama halaman 160.
"Orang mengira makanan yang disuguhkan Pak Harto itu mewah dan mahal. Meskipun beliau itu presiden, Pak Harto tidak canggung menyantap mie instan seperti rakyat kebanyakan di luar."
5. Bagikan Arem-arem Sebagai Bekal Memancing
Di kalangan pengawal dan orang-orang dekat, Soeharto dikenal egaliter. Dia makan apa yang dimakan anak buahnya.
Soeharto pernah mengajak Ibu Tien memancing. Sebagai bekal, Ibu Tien membuat arem-arem. Arem-arem adalah penganan ringan seperti lontong yang di dalamnya diisi sayuran atau daging. Biasanya sering dimakan untuk sarapan atau mengganjal perut sebelum waktu makan tiba.
"Ibu Tien menyuruh saya langsung membagikan kepada seluruh kru kapal. Setelah semuanya kebagian, saya membawa arem-arem yang tersisa kepada Ibu Tien. Beliau mengambil dua dari arem-arem itu dan membuka daun pisang yang membungkusnya untuk dinikmati berdua Pak Harto," ujar sobat memancing Pak Harto Hioe Husni Wirajaya.
Sumber :
merdeka
0 Komentar
Penulisan markup di komentar