Dikenal sebagai Fort Drum, tetapi sering disebut sebagai "Kapal Perang Beton", karena struktur yang sangat terbentengi ini memang menyerupai kapal perang beton.
Fort Drum sebenarnya berdiri di sebuah pulau berbatu yang tandus disebut El Fraile yang diratakan oleh Angkatan Darat AS antara tahun 1909 dan 1914, dan dibangun sebuah benteng besar dengan beton bertulang lapis baja tebal, sepanjang 106 meter, dengan lebar 44 meter, dan tingginya 40 meter di atas air.
Pulau El Fraile sebelum di bangun Fort Drum
Ide mendirikan Fort Drum terwacanakan setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898 ketika Dewan Fortifikasi Amerika memutuskan bahwa Amerika Serikat haruslah membentengi wilayahnya diluar negeri, terutama pelabuhan.
Salah satu wilayah utama yang Dewan Fortifikasi putuskan untuk dibangun sebuah benteng adalah Manila Bay di Filipina. Awalnya, benteng ini menjadi pusat kontrol untuk jaringan ranjau di Teluk Manila.
Namun, karena pertahanan yang tidak memadai di daerah tersebut, maka dibuatlah sebuah benteng lepas pantai dengan meratakan pulau.
Diatas benteng terdapat sepasang turret (menara meriam) lapis baja, yang tiap turret terpasang dua meriam 14 inch. Sorot (lampu) anti-pesawat dan sebuah menara pengarah tembakan juga dipasang di permukaan atasnya. Dinding-dinding benteng ini tebalnya 7,5 - 11 meter, yang melindungi ruang amunisi dan senjata, ruang mesin, dan tempat tinggal bagi 200 orang garnisun.
Fort Drum tahun 1937
Setelah pecahnya perang di Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941, Fort Drum sanggup bertahan dari bombardir Jepang, baik dari udara maupun dari darat. Fort Drum menyerah kepada pasukan Jepang setelah jatuhnya Corregidor Island pada tanggal 6 Mei 1942 dan kemudian diduduki oleh pasukan Jepang.
Dalam upaya untuk merebut kembali Manila, Fort Drum diserang oleh pasukan AS pada bulan April 1945. Setelah dibombardir dari udara dan dan dari laut, tentara AS berhasil naik ke dek benteng, dan mengepung garnisun jepang yang berada di dalam Fort Drum.
Namun, bukannya mencoba untuk masuk dan menyerang atau menangkap garnisun jepang yang berada di dalam, pasukan amerika memompa bahan bakar ke ventilasi udara dan kemudian menyulutnya.
Tentara-tentara Jepang yang berada di dalam benteng benar-benar dibakar hidup-hidup, dan benteng terbakar selama beberapa hari. Ketika tentara Amerika bisa masuk benteng setelah benteng cukup dingin, mereka menemukan 65 mayat yang hangus.
Dengan ditaklukannya benteng-benteng di teluk, termasuk Fort Drum, maka berakhirlah perlawanan Jepang di daerah Teluk Manila. Bekas Benteng Fort Drum, termasuk turret dan meriam-meriam 14inch , masih berdiri di mulut Teluk Manila hingga saat ini.
Sumber :
versesofuniverse
0 Komentar
Penulisan markup di komentar